Kamis, 24 November 2011

Penyulingan minyak nilam

PROSES PENYULINGAN NILAM


Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara direbus, penyulingan dikukus, dan penyulingan dengan uap. Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Kapasitas ketel penyulingan bervariasi, mulai dari 200 – 2.000 l. Ketel dibuat dari bahan antikarat, seperti stainless steel, besi, atau tembaga berlapis aluminium.
Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutkan, dilakukan proses pemisahaan sehingga diperoleh minyak nilam murni.
Penyulingan cara kedua, mirip cara pertama, hanya saja antara daun nilam dan air dibatasi saringan berlubang. Daun nilam diletakkan di atas saringan, sementara air berada di bawahnya.
Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan produksi minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami proses kondensasi. Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam.

MInyak Nilam Aceh


JAKARTA, TRIBUNNEWSPEKANBARU.com - Menurunya produksi minyak nilam tahun ini menjadi 700-800 ton dari 1.000 ton pada tahun 2009 lalu membikin suplai Indonesia ke pasar global mengerut dan menggiring peningkatan harga. Apalagi, Indonesia mendominasi pasar minyak nilam dunia.

Togar R. Manurung, Ketua Umum Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia menjelaskan, tahun 2009 lalu Indonesia bisa mengekspor minyak nilam sebesar 1.000 ton; atau 66,66% dari kebutuhan dunia tahun lalu yang mencapai 1.500 ton. Minyak nilam Indonesia dikapalkan ke Eropa sebanyak 30%, ke AS sebanyak 35%-40% dan sisanya ke beragam negara di dunia.

Tahun ini kebutuhan minyak nilam masih sama dengan tahun lalu. Namun, lantaran pasokan minyak nilam mengerut, harga pun melambung menjadi Rp 500.000 per kg di level pengumpul. Padahal, bulan Agustus 2010 lalu harga minyak nilam masih berkisar Rp 400.000 per kg.

Togar menghitung, kenaikan ini menguntungkan eksportir dan petani. Bila volume produksi minyak nilam terus tergerus, ia memperkirakan harga minyak nilam bisa menyentuh Rp 1 juta per kg pada awal tahun depan.

Hingga saat ini minyak nilam Indonesia belum mampu ditandingi oleh negara-negara lain. Afrika punya peluang untuk menyaingi minyak nilam Indonesia. Namun, Togar menghitung, Afrika membutuhkan 5-6 tahun lagi untuk bisa menyamai Indonesia.


Aceh Bisnis Selasa, 22 Nov 2011 07:11 WIB
MedanBisnis – Banda Aceh. Indonesia tercatat memasok sekitar 80% kebutuhan minyak nilam dunia. Dari jumlah tersebut, hampir sekitar 70% diproduksi (dihasilkan/disumbangkan) oleh Aceh.
Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar menjelaskan, saat ini 80% kebutuhan minyak nilam dunia dipasok Indonesia. Sementara untuk Indonesia sendiri, penghasil minyak nilam terbesar adalah Propinsi Aceh mencapai 70%.

Dikatakan Muhammad Nazar, minyak nilam asal Aceh yang memiliki kualitas sangat baik yang dibutuhkan negara-negara industri seperti Amerika, Eropa dan negara lainnya untuk digunakan sebagai campuran bahan industri parfum, farmasi, kosmetika, makanan, minuman dan lainnya.
Diungkapkan Nazar, menurut hasil penelitian yang dilakukan pihak Institut Pertanian Bogor (IPB),  minyak nilam Aceh memiliki kandungan zat minyak (rendemen)  berkisar 2,5 hingga 3,3%.  Padahal rendemen rata-rata nilam di dunia hanya 2,5%.

“Hal itu membuktikan bahwa nilam Aceh masuk kategori terbaik di dunia,  tidak heran jika ketertarikan importir terhadap minyak nilam sangat tinggi,” kata Nazar pada pembentukan Forum Perlindungan Nilam Aceh, di Banda Aceh, Senin (21/11).

Dikatakannya,  kebutuhan minyak nilam dunia saat ini mencapai 1.400 ton per tahun dan kebutuhan tersebut cenderung meningkat seiring naiknya produksi dari hasil olahan minyak nilam tersebut.

Sementara itu, total produksi nilam dunia saat ini diperkirakan hanya 1.000 ton per tahun, sehingga bisa dipastikan ketersediaan minyak nilam dunia masih sangat kurang.

Akibat kurangnya supai maka harga minyak nilam dipastikan cenderung naik sehingga profesi petani nilam saat ini merupakan profesi yang sangat menjanjikan.

“Kami sangat mendukung kehadiran NGO yang komit  menyosialisasikan perkebunan nilam kepada masyarakat Aceh. salah satunya yang dilakukan Caritas Czech Republic, NGO internasional  yang sudah melakukan kerja sosial ini sejak beberapa tahun yang lalu,”paparnya.
Dia juga menyatakan, dengan dibentuknya Forum Perlindungan Nilam Aceh, kalangan petani nilam dapat membangun kebersamaan dan kekompakan melalui sebuah wadah organisasi, sehingga para petani bisa mendapatkan banyak informasi seputar pasar, harga, kebutuhan buyer,  dan peluang lainnya.

“Setidaknya kita bisa belajar dari wadah-wadah yang sudah ada, misalnya wadah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Asosiasi Petani Kopi, Asosiasi Petani Kakao dan sebagainya,” jelasnya.
Sementara itu, Head Of Mission Caritas Czech Republic, Megan King, mengatakan minyak nilam Aceh di Sumatera dianggap memiliki kualitas paling tinggi, karena mengandung tingkat PA yang tinggi.

Caritas Czech Republic memprakarsai dan memfasilitasi para petani Aceh dalam mendaftarkan nilam Aceh menjadi salah satu produk pertanian khusus yang dilindungi undang-undang.

“Sehingga minyak nilam Aceh akan terhindar dari penyalagunaan merek dagang oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Megan King.